PERHATIAN!!!!

Ini adalah blog peribadi yang tidak ada kena mengena dengan unsur politik.... kesederhaan adalah amat dituntut

Thursday, May 6, 2010

Fakta Tentang MSG (MONO SODIUM GLUTAMATE)

MSG dibuat dari molasses tebu atau dari tepung jagung, singkong, beras, atau sagu. Melalui proses fermentasi oleh mikroba, unsur karbohidrat dari bahan-bahan tersebut diolah menjadi glutamat. Glutamat yang dihasilkan bakteri ini lalu melalui berbagai proses lagi, seperti netralisasi, dekolorisasi (membuang warna sehingga menjadi putih), pengkristalan, pengeringan, pengayakan, dan terakhir pengepakan, hingga siap untuk dipasarkan. (foto: supplierlist.com)

AMERIKA SERIKAT (SuaraMeida News) - Mengapa MSG dianggap berbahaya, sehingga harus ditiadakan dari daftar menu? Apa saja bahaya kesehatan yang dihubungkan dengan MSG? Apakah semua tuduhan bahwa MSG berbahaya berdasarkan bukti ilmiah yang nyata? Bagaimana pendapat otoritas pengawas makanan ternama dunia tentang profil keamanan MSG?

Kontroversi konsumsi monosodium glutamate (MSG) atau penyedap rasa dalam makanan tak pernah usai. Asosiasi industri glutamat bersikeras MSG aman buat tubuh sebaliknya pakar kesehatan tak berhenti mengingatkan bahaya MSG.

MSG dibuat dari molasses tebu atau dari tepung jagung, singkong, beras, atau sagu. Melalui proses fermentasi oleh mikroba, unsur karbohidrat dari bahan-bahan tersebut diolah menjadi glutamat. Glutamat yang dihasilkan bakteri ini lalu melalui berbagai proses lagi, seperti netralisasi, dekolorisasi (membuang warna sehingga menjadi putih), pengkristalan, pengeringan, pengayakan, dan terakhir pengepakan, hingga siap untuk dipasarkan. MSG, sesuai namanya, adalah natrium dan glutamat.

MSG mengandung natrium sekitar 12% dari berat MSG, dan 78% glutamat, sedangkan sisanya adalah air sebanyak 10%. Natrium adalah mineral yang juga merupakan komponen utama garam. Glutamat adalah salah satu jenis protein yang merupakan komponen alamiah berbagai jenis makanan seperti daging, ayam, makanan laut, sayuran, dan juga bumbu masak, seperti terasi.

Pelaku industri mengatakan glutamat buatan dalam MSG tidak berbeda dengan glutamat alami yang tertelan saat makan makanan yang mengandung protein.

Pelaku industri mencontohkan setengah sendok teh MSG dalam setiap 1 pound (0,45 kg) daging berisi kurang dari 10 persen kandungan glutamat alami yang ada dalam daging ayam.

Sebenarnya amankah konsumsi MSG untuk tubuh?

Dilberitakan dari herbsspices, badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) mengakui MSG sebagai produk aman yang sama amannya seperti garam, merica dan gula.

Sekarang ini, asupan harian MSG di negara maju berkisar antara 0,3 - 1,0 gram per hari. Angka asupan ini mungkin lebih tinggi di negara-negara Asia. Pada tahun 1995 FASEB menjawab permintaan dari badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat FDA (Food and Drug Administration) untuk meneliti keamanan MSG terkait dengan banyaknya isu negatif tentang MSG. FASEB adalah singkatan dari Federation of American Societies for Experimental Biology, lembaga di Amerika Serikat yang mendedikasikan diri untuk penelitian seputar ilmu biologi dan biomedis.

Asosiasi industri glutamat mengutip rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO) yang membatasi konsumsi MSG yang aman adalah 1/3 ounce per hari atau 9,45 gram per hari.

Tapi seperti dilberitakan oleh helium.com, MSG memiliki efek samping bagi anak-anak dan orang dewasa. MSG memang membuat masakan menjadi lebih gurih karena mengandung garam sodium dari asam glutamat tapi tidak mengandung nilai gizi selain hanya untuk meningkatkan cita rasanya.

MSG juga dimasukkan dalam kategori excitotoxin atau neurotoksin yang memiliki efek yang lama kelamaan (degeneratif) merusak otak dan sistem saraf.

Cara kerja MSG yang merusak saraf otak ini melalui selaput di dalam mulut ketika dimasuki aliran darah melalui makanan yang mengandung MSG.

MSG dibuat dengan menggunakan proses buatan yang memecah dan mengubah glutamat terikat ke dalam bentuk bebas. Glutamat bebas ini bisa memasuki aliran darah 10 kali lebih cepat dibanding glutamat alami.

Efek MSG dan excitotoxins menyebabkan orang akan makan lagi setelah makan makanan yang mengandung MSG karena efek MSG dan excitotoxins memicu insulin, adrenalin, penyimpanan lemak, ketagihan untuk makan.

Seperti diberitakan dari eHow, ada beberapa efek samping yang bisa timbul setelah mengonsumsi MSG yaitu:

  1. Sensasi atau rasa terbakar di bagian belakang leher dan dada
  2. Mual
  3. Sesak napas
  4. Nyeri dada
  5. Rasa haus dan mulut kering
  6. Pusing
  7. Mengantuk
  8. Serta adanya hasrat untuk mengonsumsi makanan lain.

Reaksi terhadap MSG ini bisa terjadi kapan saja, ada yang langsung terasa setelah mengonsumsi tapi ada juga yang baru terasa hingga dua hari kemudian.

Sedangkan salah satu efek lain dari MSG pada anak-anak adalah dapat memicu terjadinya serangan asma, karenanya bagi penderita asma diusahakan untuk menghindari penggunaan MSG.

Asam glutamate yang terkandung dalam MSG adalah suatu neurotransmitter yang dapat membangkitkan rasa pada sistem saraf. Pada beberapa orang tertentu dapat mengakibatkan masalah neurologis seperti perubahan mood, menjadi bingung dan timbul migrain.

Berdasarkan penelitian terhadap tikus di laboratorium ditemukan peningkatan peluang obesitas karena konsumsi MSG. MSG di dalam tikus muda memiliki risiko tiga kali lipat jumlah insulin dalam pankreasnya yang memicu obesitas. Laporan ini berjudul 'Sensory And Autonomic Nerve Changes In The Msg-Treated Rat: A Model Of Type II Diabetes' yang dibuat peneliti dari UAE University.

MSG cukup banyak terdapat dalam berbagai jenis makanan seperti makanan ringan, makanan yang bisa tahan lama atau pada makanan yang dijual bebas, sehingga terasa sulit untuk dihindari secara total.

Dalam laporannya pada FDA, FASEB mengemukakan fakta-fakta ilmiah sebagai berikut di bawah ini:

Apakah MSG menyebabkan timbulnya "Chinese Restaurant Syndrome"?
MSG dituduh sebagai biang keladi penyebab berbagai keluhan, yang disebut dengan istilah Chinese Restaurant Syndrome. Istilah ini berasal dari kejadian ketika seorang dokter di Amerika makan di restoran China, kemudian mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah. Sindrom ini terjadi disinyalir lantaran makanan China mengandung banyak MSG. Laporan ini kemudian dimuat padaNew England Journal of Medicine pada 1968.

Secara lengkap, sindrom atau kumpulan gejala itu terdiri atas:

* Rasa terbakar di bagian belakang leher, lengan atas, dan dada
* Rasa penuh di wajah
* Nyeri dada
* Sakit kepala
* Mual
* Berdebar-debar
* Rasa kebas di belakang leher menjalar ke lengan dan punggung
* Rasa kesemutan di wajah, pelipis, punggung bagian atas, leher, dan lengan
* Mengantuk
* Lemah

Berbagai penelitian ilmiah selanjutnya tidak menemukan adanya kaitan antara MSG dengan sindrom restoran China ini. Faktanya, mungkin ada sekelompok kecil orang yang bereaksi negatif terhadap MSG sehingga mengalami hal-hal tersebut. Namun belum jelas berapa persen dari penduduk yang mengalami hal ini. Selain itu, reaksi negatif MSG ini baru muncul bila orang tersebut makan sedikitnya 3 gram MSG tanpa makanan (dalam kondisi perut kosong). Keadaan ini bisa dikatakan sangat jarang terjadi, karena MSG biasanya dicampurkan ke dalam masakan. Selain itu, terdapat juga bahan makanan lain, terutama karbohidrat, yang dimakan bersamaan dengan MSG.

No comments: